Dua takdir yang bertentangan berpadu ketika Zayda, yang tumbuh dalam bayang-bayang kapten bajak laut, dan Arend, yang terperangkap dalam jaringan korupsi ayahnya, menemukan kesamaan dalam ketidakadilan di tengah monopoli Belanda atas komoditas timah Pulau Bangka yang keras dan tak terduga.Two opposing destinies intertwined when Zayda, raised in the shadow of a pirate captain, and Arend, trapped in his father's web of corruption, found common ground in the injustice amidst the Dutch monopoly over the tin commodities of the harsh and unpredictable Bangka Island.

• Baca Lebih Lanjut (ID)
• Read More (EN)

About Banka: The Tin Island

Pulau Bangka adalah pulau tropis yang indah di Asia Tenggara, terkenal dengan sumber daya timahnya yang kaya. Pada awal abad ke-19, pulau ini diduduki oleh Hindia Belanda, yang berusaha mengeksploitasi sumber daya ini untuk keuntungan. Undang-Undang Reglement Timah tahun 1819 sangat membatasi perdagangan lokal, menjebak penduduk pulau dalam kemiskinan di bawah monopoli Belanda. Selain itu, ancaman pembajakan yang terus-menerus menciptakan suasana ketakutan, sehingga berbahaya bagi penduduk setempat untuk berlayar. Ketika para bajak laut menyaksikan dampak negatif dari monopoli timah, pandangan politik mereka mulai bergeser, yang menyebabkan mereka mempertanyakan sistem kolonial yang menindas mata pencaharian mereka.Banka Island is a beautiful tropical island in Southeast Asia, known for its rich tin resources. In the early 19th century, it was occupied by the Dutch East Indies, who sought to exploit these resources for profit. The Tin Reglement Law of 1819 severely restricted local trade, trapping the islanders in poverty under a Dutch monopoly. Additionally, the constant threat of piracy created a climate of fear, making it dangerous for locals to sail. As the pirates witnessed the negative impacts of the tin monopoly, their political views began to shift, leading them to question the colonial system that oppressed their livelihoods.